Love is not a debt that needs to be paid back with love

04 December 2010

IBU

Finally, I totally HATE you, dad...

Ibu.. Bagaimana keadaan hati kecilmu? Apakah ia sedang menangis? Atau sedang kecewa melihat anakmu hanya diam tidak membelamu saat ayah membentakmu?

Ibu..., sudah 18 tahun lamanya kau bersabar dan aku diam 1000 kata ketika ayah seperti itu.
Ibu..., sudah 18 tahun lamanya aku mendengar makian ayah kepadamu.
Mungkin dianggap sudah biasa aku mendengarnya, yaitu sejak aku masih kecil. Ya! tepatnya saat aku belum mengerti belukar dunia.

Ibu.. apakah kau mencintai ayah?
Ayah yang setiap detiknya membanting tulang untuk kami?

Apakah kau tahu, ibu.... Untuk pertama kalinya dalam sejarah usiaku, hari ini adalah hari dimana aku mengerti belukar hidupmu.
Hari ini....
Untuk yang kesekian kalinya kudengar makian ayah.
Ibu, apakah ayah mengerti dan memahami arti "CINTA" yang biasa kau ajarkan kepadaku?
Ibu... Matamu tak bisa berbohong.. Aku telah bersamamu selama 18 tahun ini. Kau tak bisa berbohong ketika kau menyembunyikan air mata-mu.
Dibalik itu semua, aku tahu... ayah lelah menghadapi masalah-masalah rumah tangga kita. Bayar listrik, bayar telepon, bayar air, bayar uang sekolah, bayar sayur yang biasa kita beli di pasar, bayar biaya pengobatanku, bayar semua pengeluaran di rumah tangga ini.

Tetapi, hari ini ayah menghancurkan hatiku, kau tahu itu?
Mulutku yang bungkam terjahit selama 18 tahun, membuatku sadar betapa bodohnya aku selama 18 tahun ini tidak bisa berkutik apapun ketika ayah membentakmu.
Apakah karena aku takut?
Apakah karena aku terkejut tidak percaya ayah akan melontarkan kata-kata seperti itu?
Apakah karena aku sudah kebal dengan keadaan seperti itu?
Apakah karena aku sudah kebal mendengarnya, jadi itu semua dianggap biasa saja?
Ibu.... kalau ayah mencintai ibu, mengapa ayah tidak menghargai ibu?
Seperti biasa makna cinta bagiku adalah MENGHARGAI. Namun, mengapa ayah sepeerti itu?

Kau bercerita ayah adalah pemuda yang baik dan tampan 23 tahun yang lalu. Ayah selalu mengerti ibu. Ayah selalu setia kepada ibu. Ayah me-nomorsatukan ibu, jauh-jauh datang untuk bertemu dengan ibu tidak peduli seberapa besar ongkos yang ia keluarkan untuk bisa sampai pada tempat dimana ibu berada.
Tapi mengapa setelah aku melihat dunia, ayah tidak seperti yang kau ceritakan?
Mengapa kenyataan yang aku lihat selama 18 tahun ini adalah kenyataan terbalik dari kenyataan 23 tahun yang lalu?

Ibu... besok aku juga akan memiliki keluarga dan rumah tangga sendiri.
Aku akan seperti ibu yang banyak celoteh pastinya.
Aku akan seperti ibu yang setiap hari memasak bekal untuk anak dan suami, lalu menyiapkan sarapan pagi.
Aku akan seperti ibu yang setiap malam mendongengi anak-anak.
Aku akan seperti ibu yang setiap malam mengajari anak-anak tentang etika
Aku akan seperti ibu yang selalu menemani dan mendampingi suami dikala masalah rumah tangga menghujani atap rumah kami.
Aku akan seperti ibu yang tidak pernah lelah mengajari anak-anak tentang arti hidup, arti cinta, arti kasih sayang, arti persahabatan, dan arti kesetiaan.
Aku akan seperti ibu yang setiap pagi mengantar anak-anak ke sekolah.
Aku akan seperti ibu yang setiap hari membereskan rumah.
Aku akan seperti ibu yang setiap detik merawat anak-anak dan suami.
Aku akan seperti ibu yang mencintai suami tiada batasnya, begitu juga dengan anak-anak.
Namun,

Apakah nanti suamiku akan seperti ayah yang tidak menghargai usaha-usahaku dalam membina rumah tangga layaknya ayah yang membentakmu dengan kata-kata seperti itu?
Apakah suamiku akan seperti ayah yang selalu menyakiti ibu?

Ibu... kelak jika aku tumbuh dewasa nanti, seperti apakah aku?
Kau masih ingat dongeng rumput rampai yang kau ceritakan waktu itu?

Sifatnya adalah BEBAS, RIANG dan KUAT

Akankah aku tetap seperti rumput rampai itu?
Aku tidak takut apapun, bu!

Mom, I will always loving you..!!!

with love,
[FEORENCIAFEFE]
Saturday night, December 4th 2010
09:50 pm