Love is not a debt that needs to be paid back with love

29 August 2011

My Name is JONA

Namaku JONA,

Katanya matahari terbit itu indah. Katanya pasir yang ku genggam ini juga lembut. Kadang orang-orang disekelilingku aneh. Kalau saja aku jadi orang jahat, aku akan sebut mereka si "freak" dan tentu saja dengan ekspresi-ekspresi mereka yang bisa dikatakan 'mengganggu' Dan hei, mereka memang sangat mengganggu. Kau tahu kemarin mereka mengambil semua uang yang ku'punya lalu dilempar-lemparkan ke atas? diinjak-injak lalu dibiarkan begitu saja.

Kau tahu, teman.. Bagaimana cara pandang mereka saat menatapku?
oh tentu saja mengganggu!
Bagiku serpihan kaca yang kupegang waktu itu sangat biasa saja, tapi aku heran kenapa semua orang disekelilingku berteriak "hei! kamu sudah gila? tanganmu bisa berdarah!!" dan sejujurnya seandainya tanganku berdarah, yasudah... biarkan saja darah itu mengalir dan apa hebohnya?

Aku selalu sendirian ketika jam istirahat berlangsung. Dan terkadang, aku akan pergi ke perpustakaan untuk menyendiri hingga bel sekolah pun berdering. Aku sangat nyaman dengan situasi seperti ini. Lebih tepatnya tidak ada orang-orang yang melihatku. Karena kalau saja mereka melihatku, mereka akan menertawaiku dan sikap mereka yang menurutku tidak biasa.

Aku berbicara se'adanya dan sering kali aku susah menggabungkan kata demi kata sehingga menjadi 1 kalimat. Sehingga suatu hari guruku bertanya:

"Jona, nilaimu kali ini sangat buruk, sebelum ulangan, kamu sudah belajar?"

dan aku hanya gugup dan hanya menjawab "dirumah, jona belajar"

dan guruku menimpali lagi "lalu kenapa nilaimu masih buruk?"

aku hanya menjawab "dirumah, jona belajar"

teman-teman pun tertawa dan suasana kelas gaduh. Dan aku berpikir, itu adalah poin dari pertanyaan guruku, dan apakah ada yang aneh?
Mungkin menurut teman-teman, memang aneh tapi bagiku biasa saja..
Aku bingung harus bagaimana menghadapi orang-orang disekitar dan bagaimana mengahdapi orang yang sedang berbicara kepadaku.

Aku mngerti maksud pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan mereka, tapi aku bingung harus bagaimana menjawab sehingga menjadi kalimat yang baik.
Begitu juga dengan berbagai komentar orang-orang disekelilingku tentang penampilanku.
Biasanya aku ke sekolah seperti biasa seragam, membawa tas ransel dipunggung, dan botol minum yang selalu kugenggam di tangan.
Lalu ekspresi orang-orang selalu sama ketika melihat penampilanku di gereja pada hari Minggu.

Oh yah.. aku beragama Katolik dan setiap Minggu aku selalu ke gereja. Mengikuti misa perjamuan Ekaristi. Itu hal yang wajar, bukan?

Tapi kenapa orang-orang selalu memperhatikanku dengan tatapan aneh. Aku hanya memakai kaos kesukaanku, celana jeans panjangnya selutut, kaos kaki, lalu sepatu kets'ku berwarna hitam.
Dan bagiku itu adalah hal yang wajar. Berpakaian sopan saat ke gereja, itu intinya.

Di sekolah dan di rumah sama saja. Bahkan menurutku, lebih baik di rumah daripada di sekolah. Kenapa? karena di rumah adalah 1-1nya tempat ternyaman daripada tempat-tempat yang lainnya. Jujur aku sangat menikmati waktu-waktu'ku yaitu pada saat aku sendirian.

Hal yang terpenting di hidupku "AKU INGIN ORANG-ORANG DISEKITAR MENGANGGAPKU 'ADA' TANPA PERLU MENERTAWAIKU ATAU MENGERUTKAN DAHI MEREKA KARENA MENGANGGAPKU ANEH"

oh iyaa.., aku sangat tidak suka saat mereka mengejekku secara tidak langsung. Aku tahu dibalik 'pertanyaan-pertanyaan' yang mereka berikan, merupakan suatu 'ejekkan'

Aku benci dengan manusia-manusia di sekitarku. Demi Tuhan ini bukan dunia-ku. Sampai suatu saat aku sedang duduk di lorong perpustakaan sambil membaca buku, tiba-tiba "JONAAAAA...!!! DOR DOR DOR!! Jona sedang apa?"

"Luna! hmm.. baca! yah, sedang baca.."

"jona membaca buku apa?"

"......"

"ohh.. buku tahunan~"

"iya! buku tahunan"

"gimana ada yang cantik? HAHAHAHAHAHA"

"......." (bolak balik buku)
sejujurnya aku bingung mau berkata apa. Aku takut dia juga menertawaiku dan pada akhirnya mengejekku. Yah dia teman sekelasku. Dia berbeda dari yang lain, kenapa? karena hanya dia yang tidak menganggapku 'aneh'
Dan pada akhirnya selama jam istirahat itu, kami habiskan berdua di lorong perpustakaan dan hanya membolak balikkan buku tahunan.

Sejak saat itu, aku bersemangat ke sekolah dan menjalani hari-hariku di rumah maupun di sekolah. Terakhir kata, aku hanya bisa berdoa "YA TUHAN, TERIMA KASIH..."

Kini perjalanan hidupku berlanjut.................

Kata mereka, aku ini mengidap penyakit otak yang biasanya mereka katakan "autisme"